Budaya Ritual Yang Unik Petani Kelapa Kopyor -->

Iklan Semua Halaman

 


Jika ada yang mendapat intimidasi atau tindakan tidak menyenangkan lainnya dari anggota GNI, silahkan lapor ke redaksigni@gmail.com, untuk pengiriman berita kegiatan kampus, sekolah , sosial kemasyarakatan, lainnya silahkan di nomor center kami

 




Budaya Ritual Yang Unik Petani Kelapa Kopyor

6/26/2020

GlobalNewsIndonesia.Com,-Lumajang,- Kabupaten Lumajang dikenal oleh masyarakat luas dengan potensi wisata alam yang melimpah, mulai dari pantai sampai pegununganya, dari suhu udara yang panas sampai dingin, semua tersedia di Kabupaten Lumajang

Ada salah satu keunikan dan kami sengaja bertandang ke wilayah yang emang kaya dengan budayanya dimana Kecamatan Klakah Kabupaten Lumajang, tepatnya di Desa Papringan, dimana dikenal banyak petani kelapa kopyor dalam bahasa lokal di sebut (Nyeor Kocor) Kamis (25/06/2020)

Untuk membuat kelapa kopyor ini ada ritual tersendiri, dan tidak semua dalam 1 pohon buah kelapa bisa kopyor, tetapi masih bisa mencapai 60 persen  dalam satu pohon bisa memanen yang kopyor.

Kalau kelapa muda (degan) biasanya harga di petani berkisar lima ribu rupiah, tapi kalau dijadikan kelapa kopyor punya nilai ekonomi yang meningkat sampai tiga kali lipat, bisa Rp15.000,- per butirnya dipetani, dan kalau sudah masuk pedagang harganya sudah lain lagi," jelas salah satu warga.

Salah satu petani kelapa yang sempat diwawancari Rohim mengatakan, untuk menjadikan kelapa kopyor ada ritual khusus yang harus dilakukan, dimana ritual ini secara turun temurun dari leluhurnya, dan sampai sekarang masih diteruskan oleh generasi sekarang ini, yaitu menyiapkan beberapa pohon kelapa khusus untuk dibudidayakan menjadi kelapa kopyor." Ucapnya.

Masih menurutnya, bahwa para petani harus menyiapkan telur yang sudah dierami dan tidak bisa menetas, juga menyediakan sesaji (sajen), jenang abang putih, minyak wangi, kemenyan, setelah semuanya sudah siap, pada hari Kamis Kliwon sesua sesaji tersebut di bawa ke kebun kelapa, dan setelah duhur telur yang tidak menetas tersebut dilemparkan ke masing-masing pohon yang sudah mulai berbuah," tuturnya.

Selanjutnya, setelah buahnya besar sudah bisa dipilah antara yang kopyor dan yang tidak kopyor, dan para petani uniknya rata-rata sudah mahir memilihnya. (Mjn)

Kontributor: (Tofik)