Globalnewsindonesia.com,- Labusel Sumut- Awal Mula Warga Etnis Tionghoa datang ke Desa Bunut diperkirakan pada tahun 1930-an.
Saat itu Bunut dipimpin Raja Andak di bawah kesultanan Mustafa 2 dan bergelar Makmur Perkasa Alamsyah.
Kemudian sekitar tahun 1956 warga tionghoa harus tinggal di Ibu Kota Kabupaten yaitu Rantauprapat sebagaimana intruksi pemerintah Soekarno saat itu.
Demikian di ungkapkan kakek Tris (91) saat santai di teras rumahnya. Beliau termasuk yang dituakan di desa Bunut Kcamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Dia sudah menetap di desa Bunut sejak tahun 1959, kakek Tris masih ingat beberapa nama seperti Atai (toke getah), Jeksi (toke getah), dan panjanģ (toko emas).
Masih menurut kek Tris bahwa saat itu warga tionghoa sudah ramai dan menetap di Bunut sebagai pedagang serta berbaur dengan masyarakat setempat.
Saat mereka pergi dari Bunut, mereka menjual tanahnya kepada masyarakat setempat lalu pergi meninggalkan Desa Bunut bersama.keluarganya. mereka yang menetap di Rantauprapat, Aek Nabara dan Kotapinang.
Sampai sekarang masih bisa dilihat bekas rumah etnis tionghoa di Desa Bunut yang telah beralih kepemilikan menjadi milik masyarakat setempat.
Dan yang hanya tinggal puing - puing belaka, kata kake tersebut pada Tim Komonitas Jelajah (KJ) dan Sejarah Wisata dan Budaya (SWIB} Kabupaten Labusel, AdeS Iskandar Nasution pada media 18 Nopember 2021. (MH)