Globalnewsindonesia.com,- BANTAENG - Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bantaeng melansir angka laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bantaeng yang meningkat tajam di 2021. Data itu menyebut, Bantaeng berada di urutan pertama dengan angka 8,86 persen.
Kepala BPS Bantaeng, Abdul Salam mengatakan, laju pertumbuhan ekonomi Bantaeng ini mengalahkan Provinsi Sulsel yang mencapai 4,65 persen. Dia juga menyebut, laju pertumbuhan ini meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 0,52 persen.
"Ini angkanya meningkat tajam kalau di banding pada tahun sebelumnya," jelas Abdul Salam saat menerima kunjungan Bupati Bantaeng, DR Ilham Azikin di kantor BPS Bantaeng, Selasa, 8 Maret 2022.
Dia menambahkan, BPS mencoba merinci pertumbuhan ekonomi Bantaeng menurut lapangan usaha. Dari data itu, sebanyak 69,39 persen PDRB Kabupaten Bantaeng berasal dari lapangan usaha pertanian, Konstruksi, perdagangan dan industri pengolahan.
"Penyumbang PDRB tertinggi itu dari masih dari pertanian, kehutanan dan perikanan yang mencapai 27,08 persen," jelas dia.
Penyumbang PDRB kedua adalah konstruksi sebesar 18,30 persen, dan perdagangan besar dan eceran sebesar 14,25 persen. Ada pula industri pengolahan sebesar 9,76 persen.
Dia menambahkan, laju pertumbuhan lapangan usaha yang paling pesat adalah pengadaan listrik dan gas sebesar 69,30 persen. Kemudian laju pertumbuhan lapangan usaha lainnya adalah industri pengolahan sebesar 43,76 persen.
"Di industri pengolahan ini termasuk di dalamnya adalah smelter dan industri makan dan minum yang ada di Bantaeng," jelas dia.
Dia menambahkan, meski laju pertumbuhan ekonomi meningkat, Bantaeng tetap terkena dampak dari Pandemi Covid-19. Dia menyebut, dampak itu adalah meningkatnya angka kemiskinan di daerah ini. "Angkanya meningkat dari 8,95 persen menjadi 9,41 persen," jelas dia.
Dia menyebut, efek dari Pandemi Covid-19 baru terasa pada akhir 2020 hingga pertengahan 2021. Angka kemiskinan ini, kata dia, berbanding terbalik dengan pertumbuhan industri pengolahan yang meningkat di banding tahun sebelumnya. Padahal, industri pengolahan seperti smelter yang ada di Pa'jukukang harusnya bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja lokal.
"Kita mengindikasikan serapan tenaga kerja lokal dari perusahaan smelter itu masih rendah pada 2021," jelas dia.
BPS juga menyebut angka gini ratio di Kabupaten Bantaeng menurun tipis dari 0,344 pada 2020 menjadi 0,332 pada 2021. Gini Ratio merupakan indikator yang menunjukkan tingkat ketimpangan pengeluaran secara menyeluruh.
Kepala BPS Bantaeng, Abdul Salam mengatakan, data gini ratio ini diambil dari kemampuan konsumsi masyarakat Bantaeng. Dia menyebut, ada indikasi bahwa masyarakat Bantaeng memilih lebih berhemat selama masa Pandemi Covid-19 ini.
"Ini indikasinya bukan pada ketidakmampuan membeli, melainkan lebih pada upaya menghemat di masa pandemi Covid-19 ini," jelas dia.
Bupati Bantaeng, DR Ilham Azikin mengatakan, kunjungannya ke BPS ini adalah salah satu upaya membangun ruang-ruang diskusi untuk menentukan kebijakan pemerintah daerah. Dia berharap, data-data ini bisa menjadi acuan untuk mengambil kebijakan daerah.
"Kehadiran BPS ini adalah sebuah badan yang vital. Menurut kami, data BPS ini adalah acuan bagi kami untuk melakukan tindakan dan kebijakan daerah," jelas dia.
Dia menambahkan, pada 2019, Bantaeng sempat menyentuh angka laju pertumbuhan ekonomi sebesar 10,75 persen. Tetapi, angka ini ambruk akibat Pandemi Covid-19, sehingga pada 2020 laju pertumbuhan ekonomi Bantaeng turun ke angka 0,52 persen.
"Ini awal Covid-19 kami sempat terpuruk. Tetapi kita tetap terkontraksi positif. Hanya empat daerah yang positif," jelas dia.
Ilham Azikin menambahkan, dari data itu menandakan jika Bantaeng sangat kokoh meski diterpa Covid-19 gelombang kedua dengan varian delta. Saat semua daerah terpuruk, laju pertumbuhan ekonomi Bantaeng meningkat tajam mencapai 8,86 persen.
"Kita ketahui bersama di 2021 ada gelombang kedua Covid-19. Ini menandakan kita semua tetap produktif," jelas dia.(Abm)