Tradisi Wala Suji Mengambarkan Tingkat Kebangsawanan Benar gak ya.?


Globalnewsindonesia-Bantaeng: Tradisi adat Bugis Makassar, di saman moderen kini masih terjaga ini tergambar pada suasana pesta perkawinan keluarga ny.Aci Petta magasing binti Nongki yang akan menikahkan anak bungsunya Fitriani.M bersama Haeruddin senin (21/10/19) di Kabupaten Bantaeng yang berjuluk (Butta Toa) tanah tua yang di kenal dengan adat 12 (adat sampulo rua)

Wala Suji, Panca dan Ti'ba, dipakai sebagai tanda untuk mengukur tingkat kesempurnaan yang di miliki seseorang. Kesempurnaan yang dimaksud itu adalah keberanian, kebangsawaan, kekayaan, dan ketampanan atau kecantikan.

Jika Anda pernah mengunjungi atauw menhadiri acara perkawinan suku Bugis-Makassar apalagi di Kabupaten Bantaeng tentu Anda melihat suatu baruga (gerbang) yang di kenal dengan nama Wala Suji di depan pintu rumah mempelai wanita atau laki-laki

Bentuk Wala Suji seperti gapura dan menyerupai  bagian depan rumah panggung suku Bugis-Makassar. Dengan ayaman bambu berbentuk segitiga dan di sangga oleh rangkaian anyaman bambu. Sebagai penghias, dan diberi hiasan janur kuning.

Wala Suji atau baruga bermotif segi empat belah ketupat tersebut sudah tidak asing lagi dalam khasanah peradaban masyarakat Bugis-Makassar. Hal ini terlihat pada setiap pembuatan baruga, serta pallawa atau pagar pada acara perkawinan atau pesta adat di kabupaten Bantaeng

Bentuk segi empat pada Wala Suji ini, berakar pada kebudayaan masyarakat Bugis-Makassar yang memandang alam raya sebagai Sifat appa Wala Suji (segi empat belah ketupat).

Sifat appa (empat sifat) adalah bentuk mistis kepercayaan dan adat istiadat Bugis-Makassar khususnya Kabupaten Bantaeng yang menyimbolkan susunan semesta, tanah,Air, Angin dan unsur Api.(*) Abm
Lebih baru Lebih lama