Berita Rasis Intoleran Dari Daerah dan Rezim Saat ini. -->

Iklan Semua Halaman

 


Jika ada yang mendapat intimidasi atau tindakan tidak menyenangkan lainnya dari anggota GNI, silahkan lapor ke redaksigni@gmail.com, untuk pengiriman berita kegiatan kampus, sekolah , sosial kemasyarakatan, lainnya silahkan di nomor center kami

 




Berita Rasis Intoleran Dari Daerah dan Rezim Saat ini.

KIM(Kelompok Informasi Masyarakat)
1/28/2021


GlobalNewsIndonesia.Com- Borong Ntt, -Dampak bencana virus Covid -19 yang sudah berjalan hampir setahun ini, juga berdampak pada perusahaan Pers Nasional dan Daerah, entah kapan pulihnya.


Sebaliknya penyakit wabah menular itu makin dashat khusus wilayah padat penduduk di Pulau Jawa, sudah menelan 1 juta  korban.


Nasib perusahaan Pers Nasional, media cetak harian dan mingguan serta majalah kini terpuruk, tak seberuntung Pers di Negara Independen Taiwan, dan Negara Komunis Vietnam sudah pulih beberapa bulan lalu.


Justru hebatnya lagi Negara  Komunis Oligarki Korea Utara mengklaim tidak tersentuh penyakit busuk carona ini.


Dengan Kondisi pendemi di negara Taiwan dan Vietnam selain penerapan peraturan kesehatan yang ketat, pemerintahan di kedua negara bersistem ekonomi kapitalis sungguh bermurah hati menggelontorkan insentif kepada media massa .


Sedangkan pers peninggalang dan media massa reformasi kini bingun, seperti anak ayam kehilangan induk di musim penghujan.


Perusahaan pers anggota konglomerasi oligarki di Jakarta direkomendasi oleh Dewan Pers Liberal untuk mendapat fasalitas suntikan modal, penghapusan pajak, bahkan meminta pemerintah untuk menggaji wartawannya.


Memang bencana virus ini sungguh memukul perusahaan Pers raksasa, tidak terkecuali milik konglomerat Jacob Utama Alm Grup Kompas Gramedia, dan Dahlan Iskan Jawa Pos.


Sedangkan koran koran oposisi seperti Tabloid Harian Tempo yang keras mengkritik rezim Jokowi Beberapa minggu lainnya, berlahan gugur secara alami, bahkan menyusul Majalah Temponya.


Sedangkan surat kabar surat kabar; Rakyat Merdeka, Harian Terbit, Republika megap megap dengan oplag cekak beberapa lembaran halaman , sudah jarang kelihatan di lapak lapak, persimpangan jalan.Koran

Koran yang diduga  dibiayai oleh bohir gelap.


Sebenarnya hidupnya sudah diujung tanduk hidup segan mati tak mau ibarat kerakap di atas batu, rasanya tinggal menunggu waktu koit.


Tapi ada sesuatu kebanggaanmenurut pengamatan pengkajian Korando Partahanan Tua Siagian Pustakalog Kampus Digital Pancasila TV Yay LBH Pers Indonesia menurut evaluasi timnya.

 

Koran Koran bernuansa kedaerahan, lokal unggul bisa bertahan normal di masa pendemi, misalnya ditelisik Koran Radar Depok yang disinyalir bisa bertahan hidup karena adanya dukungan langsung atau tak langsung  rezim parpol agama bisa hidup lega di kota penyanggah ibukota Jakarta itu.


Sedangkan Surat Kabar Sinar Indonesia Baru ( SIB) terbitan Medan Sumatera Utara,  bisa bernafas  lega bukan karena kedekatan kepada penguasa, tapi karena faktor pembacanya panatik.


Orang Batak , khusus  peminat lapo tuak, kopi, rumah makan, dll sangat senang membaca koran SIB setiap hari. Mereka merasakan ada sesuatu yang kurang bila tidak membaca koran binaan Dr GM Panggabean Alm Anggota MPRRI dua priode.


Pers Nasional selain terpuruk dalam segala hal, yang dahulunya sangat sombong,menelan pil pahit kehancuran grup bisnis, utang, PHK, dll.


Mereka kalah bersaing dengan pers maya reformasi; medsos, digital dan on line.


Mengenai isi konten redaksi media massa nasional, daerah , khusus pers maya selama sepekan ini, masih ribut seputar penegakan hukum protokol kesehatan.


Juga salah satu berita hangat  menonjol berita daerah menjadi issu nasional , sorotan kasus intoleran pemaksaan pemakaian jilbab pada murid sekolah non muslim di wilayah rezim PKS Sumbar.KPTS.