Hasil Analisis 16 Ormas dan NGO, Urai Penyebab Banjir Bandang di Bantaeng. -->

Iklan Semua Halaman

 


Jika ada yang mendapat intimidasi atau tindakan tidak menyenangkan lainnya dari anggota GNI, silahkan lapor ke redaksigni@gmail.com, untuk pengiriman berita kegiatan kampus, sekolah , sosial kemasyarakatan, lainnya silahkan di nomor center kami

 




Hasil Analisis 16 Ormas dan NGO, Urai Penyebab Banjir Bandang di Bantaeng.

KIM(Kelompok Informasi Masyarakat)
6/18/2020

Foto: Screenshot tangkapan layar vidio Indonesia Bangkit IB yang memantau melalui pesawat tampa awak (Drone) dan Analisis citra satelit.

GlobalNewsindonesi.com-Bantaeng.; Banjir bandang terjadi di Kabupaten Bantaeng Jumat,12 Juni 2020 yang mengakibatkan korbam jiwa dan harta benda.

Hal ini di akibatkan meluapnya
enam sungai disertai tanah longsor yang berada di empat Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabuapten yang meliputi: DAS; Tino, Panaikang, Kaciping dan Tangnga-Tangnga.

Setiap sungai memiliki beberapa anak sungai yang berpengaruh sangat besar atas terjadinya banjir di Kabupaten Bantaeng.

Ditambah Pasang air laut juga menjadi pendukung sebagian besar wilayah kota bantaeng dan wilayah pesisir Kecamatan Bissappu yang ikut terendam banjir saat itu.

Dari hasil pemetaan gabungan 16 Ormas dan NGO, Nasional maupun lokal yang dilakukan sejak tanggal 14-17 juni 2020

Dengan menghimpun informasi dari masyarakat dan korban banjir dan mentriangulasi melalui ground check, analisis citra satelit, dan pengambilan gambar dari udara,

menggunakan pesawat tampa awak (Drone) menemukan
kerusakan ringan dan berat berada di 18 Desa dan kelurahan  pada 4 kecamatan di Kabupaten Bantaeng.

Dimana akibat banjir dan tanah longsor tersebut membuat pusat pertokoan, pasar sentral, pemukiman dan jalan terendam lumpur, dan mengakibatkan rusaknya jaringan perpipaan PDAM, rusaknya infrastruktur Jalan dibeberapa ruas dan menelan 2 korban jiwa.

Putusnya Jaringan PLN, puluhan rumah hanyut, putusnya  jembatan dan jalan, bendungan dan irigasi serta merusak
lahan persawahan dan lahan rumput laut.

Hasil pengambilan gambar udara menggunakan drone dipadukan analisis citra satelit serta ground check khusus di Kecamatan, Bisappu dan Kecamatan Bantaeng sebagai dampak terbesar akibat banjir ini diprediksi seluas 406 hektare.

Luasan dampak ini belum termasuk wilayah budidaya rumput laut dan dampak tanah longsor di Kecamatan Sinoa dan Ulu ere.

Sementara dilansir dari Rebpulika.co.id, (BPBD) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantaeng, merilis kerugian yang terjadi akibat bencana banjir yang melanda wilayah itu pada Jumat (12/6). Kerugian mencapai Rp33 miliar.

Kerugian tersebut terdiri dari kerusakan rumah warga sekitar 2.333 rumah senilai Rp25 miliar, kerusakan Pasar Baru Rp4 miliar

Pertokoan sekitar Jalan Mangga dan Jalan Manggis juga diperkirakan menimbulkan kerugian Rp2 miliar, kata Bupati Bantaeng, dr Ilham Azikin melalui keterangan resminya di Makassar, Minggu.

Selain itu, banjir juga berdampak pada rusaknya fasilitas perkantoran, seperti server Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil), Mal Pelayanan Publik (MPP),

Kantor Lurah Palantikang dan Gedung Perpustakaan Daerah yang mengalami kerusakan dengan perkiraan kerugian sekitar Rp 2 miliar

Penulis: Musliadi
Editor  : Abm