Di Anggap Tak Produktif Masyarakat Kampung Luwuk Menyerahkan Tanah Sawah Kepada Perusahaan -->

Iklan Semua Halaman

 


Jika ada yang mendapat intimidasi atau tindakan tidak menyenangkan lainnya dari anggota GNI, silahkan lapor ke redaksigni@gmail.com, untuk pengiriman berita kegiatan kampus, sekolah , sosial kemasyarakatan, lainnya silahkan di nomor center kami

 




Di Anggap Tak Produktif Masyarakat Kampung Luwuk Menyerahkan Tanah Sawah Kepada Perusahaan

KIM(Kelompok Informasi Masyarakat)
6/21/2020

GlobalNewsIndonesia.Com Borong.;  Belakangan ini, rencana hadirnya Pabrik Semen di Luwuk dan penambangan batu gamping di Lengko Lolok,  Desa Satar Punda Kecamatan Lambaleda, Kabupaten Manggarai Timur Nusa Tenggara Timur.

Kini menjadi diskusi hangat dikalangan masyarakat. Diskusi paling seru tentunya didumai alias dunia maya, sebab ruang itu sangat terbuka untuk semua, baik yang berkepentingan atau hanya turut nimbrung.

Aneh tapi nyata diskusi atau sekedar nimbrung di dumai itu justru menampilkan data makro yang diperoleh dari hasil google sebagai sumber utama untuk mendesak para pengambil keputusan dalam hal ini.

Pemerintah dari tingkat pusat sampai daerah agar rencana pembangunan pabrik itu terealisasi atau gagal.

Jika diamati, para pendukung hadirnya pabrik sebagai industri para modal cenderung untuk menyerahkan persoalan itu kepada para pihak yang berkepentingan yaitu, para pemilik lahan, investor dan Pemerintah.

Sedangkan para kontra rencana hadirnya tambang batu gamping dan pabrik semen itu justru menampilkan argumen yang mumpuni untuk menggagalkan hadirnya era baru dalam tatanan investasi di daerah ini.

Yang menarik perhatian dari semua adalah argumen pro kontra akan hadirnya tambang batu gamping dari tambang galing C itu, adalah isu tentang pertanian sebagai cara yang tepat untuk menopang hidup, ini yang sangat sesuai dengan isu lingkungan, merawat budaya, bahkan dikelola sampai turun temurun dengan istilah demokrasi ekologi.

Untuk mendukung itu maka sejumlah informasi yang berbasis geologi ditampilkan yaitu kawasan itu adalah kawasan karts sebagai kantong untuk menampung air sekaligus sumber mata air untuk kehidupan semua makluk.

Sungguh , menarik perhatian dan layak  ditelusuri untuk mendapatkan gambaran yang konkrit, apa sesungguh yang terjadi di lapangan terkait dengan kondisi pertanian  terutama tentang sawah yang ada di lokasi itu, dan karts yang menghasilkan air sebagai sumber untuk kehidupan bagi semua makluk pada umumnya dan pada lokasi rencana penambangan batu gamping serta lokasih rencana pendirian pabrik semen itu.


Tim investigasi media GlobalNews Indonesia.Com Jumat 19/6/2020 pukul 12.00 Wita, menuju lokasih rencana pembanguna semen, melewati jalur jalan raya bebatuan untuk menemui nara sumber dan mengumpulkan berbagai dokumen agar pembaca dapa puas dengan suguhan data fakta yang valid bagi penikmat informasi.

Terkait isu yang lagi hangat dibicarakan terutama para warga Net sebagai penikmat informsi

Dari hasil penulusuran tim media menemukan pakta, Sangat sangat menarik, di kampung Luwuk desa Satar Punda bertemu nara sumber Vinsen Kasim 57 tahun, warga Luwuk yang mengaku dirinya adalah putra asli kampung itu.

Sekaligus turunan langsung dari nenek moyangnya yang pertama kali migrasi ke kampung itu dari Ngendeng pedalaman kecamatan Lambaleda beberapa puluh tahun yang lalu, yang didampingi Yosef Kasman salah seorang tokoh muda di kampung itu.

Menurut Vinsen Kasim menjelaskan “ tanah saya paling banyak, dari 63. 256 ha. milik saya paling banyak, namun bukan karena saya malas mengerjakannya untuk menghidupi keluarga saya,

akan tetapi bercocok tanam pada daerah bebatuan kapur ini serta terletak pada daerah sepadan pantai yang berbatasan langsung dengan laut, tidak menanjikan dan saya sudah buktikan.

Saya bekerja setahun hanya untuk makan 12 hari, dengan demikian saya membiarkan lahan sawah itu terlantar” jelasnya,  sambil menunjukan salinan gambar Peta tanah Tanah Sawahnya itu, obyeknya Toro Luwuk, luas 63,256 ha, jumlah petani 17 orang letak Desa Satapunda, Kecmatan Lambaleda, skala 2,500.

Lebih lanjut  Vinsen menuturkan dari 17 pemilik sawah di lokasi itu, kami 12 orang pemilik sawah menyerahkan tanah kami untuk dibangun pabrik dengan pertimbangan bahwa,  harga yang kami sepakati secara ekonomi lebih baik ketimbang kami paksakan tanah itu ditanami padi yang membuat kedaan kami seperti sekarang ini.

Kami tidak bodoh, kami sudah menghitung untuk dan rugi tentang keputusan kami,  sementara 5 orang enggan menjual sawahnya ke pabrik dan itu hak mereka “ lanjutnya.

Desa Satar Punda Kecamatan Lambaleda bagian utaranya dengan kontur tanah berbukit dan berbatasan langsung dengan laut utara, kaya dengan sumber daya mineral.

Beberapa puluh tahun lalu wilayah ini adalah tempat operasinya perusahaan tambang Arumbai dan Adythia Bumi Pertambangan yang menggali mangan.

Kehadiran dua pertambangan ini sangat ditentang oleh para pegiat lingkungan, sehingga akirnya mereka pergi meninggalkan lubang yang mengangah di bukit Desa Satar punda.

Atas kondisi ini, kepada Yosef Kasman seorang tokoh muda desa itu diminta kesaksiannya tentang debit air di kampung Luwuk pasca tambang beroperasi pada wilayah karts itu, Yosef menjelaskan.

“Sejak kecil kami menikmati air dari sumber itu, tidak pernah berkurang ataupun lebih, kecuali pada musim hujan air berlimpah dan pada musim kering air berkurang, apalagi daerah pesisir ini curah hujan sangat kurang jika dibandingkan dengan daerah pegunungan.

Seperti di Kota Ruteng ibu kota kabupaten Manggarai dengan bentangan hutan gunung yang sangat lebat, dan kami mempunyai sebuah sumur tua yang abadi sebagai sumber air minum di kampung Luwuk” cetusnya(*)

Penulis : Wensislaus
Editor   : Abm