Tingkatkan Budaya Literasi Mahasiswa KKN UIN Alauddin Makassar Gelar Writing Class di Bantaeng -->

Iklan Semua Halaman

 


Jika ada yang mendapat intimidasi atau tindakan tidak menyenangkan lainnya dari anggota GNI, silahkan lapor ke redaksigni@gmail.com, untuk pengiriman berita kegiatan kampus, sekolah , sosial kemasyarakatan, lainnya silahkan di nomor center kami

 




Tingkatkan Budaya Literasi Mahasiswa KKN UIN Alauddin Makassar Gelar Writing Class di Bantaeng

KIM(Kelompok Informasi Masyarakat)
11/15/2020

GlobalNewsindonesia.com-Bantaeng, -KKN-DK UIN Alauddin Makassar angkatan 64 Kecamatan Tompobulu, melaksanakan writing class di Pesantren Khairul Ummah, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Jumat (13/11/2020). dengan "Tema motivasi literasi dan sharing kiat -kiat menulis" 


Kegiatan tersebut menghadirkan narasumber cerpenis Nurwahidah Saleh dan koordinator kolaberasi KGBN Bantaeng dan Ketua Baca Panrita Nurung Ikbal H. Diikuti 60 santri Khairul Ummah. 


Salah satu Mahasiswa UIN Alauddin Makassar Nurkhaeratunnisa, berharap 

kegiatan ini bisa menjadi pemantik bagi santri untuk mengembangkan potensinya dalam literasi, terutama bagi adik santri/santriwati yang memiliki hobi membaca dan menulis.


Nurwahidah yang akrab disapa Ida mengatakan jika ingin menjadi penulis maka harus banyak membaca buku.


"Jadi kunci utamanya itu memulai menulis fiksi harus banyak membaca buku, dari bukula bisa mendapatkan inspirasi, menambah kosa kata dan mengetahui hal-hal yang tidak diketahui," kata Ida.


Ia juga memaparkan bagaimana cara menulis puisi dan cerpen. 


"Kalau mau menulis puisi itu harus tahu dulu tehniknya, yang pertama mencari inspirasi, menentukan tema, gaya bahasa, diksi, dan judul.


Sementara ketika menulis cerpen harus ada judul, tema, alur, latar, tokoh, watak, konflik dan nilai," ungkapnya. 


Pada kesempatan itu ia memberikan praktik menulis puisi kepada santri  lalu para santri tampil membacakan karya-karyanya. 


Ia berharap agar santri/santriwati bisa konsisten menulis dan melahirkan sebuah karya. 


Sementara Ikbal H mengatakan

kekurangan bahan bisa diperbaiki dengan banyak membaca. 


Membaca adalah proses internalisasi konsep, sedang menulis adalah bagian dari eksternalisasi konsep. Analoginya, hanya orang makan yang bisa buang air. 


Karena tubuhnya bisa mengolah sesuatu. Menulis hanya bisa dilakukan, jika pikiran mengolah sesuatu, jiwa bisa merasakan sesuatu. Jadi, tulisan tidak lahir dari ruang hampa. Ia adalah refleksi dari pikiran dan perasaan kita.


"Selain membaca buku. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, hasil bacaan dalam buku mestilah didialogkan dengan realitas di sekitar.


Menulis tak hanya memindahkan isi buku semata, tapi juga dicari korelasinya dengan kehidupan di sekitar. Dengan begitu, tulisan bisa hadir dengan berpijak di bumi. Tidak melangit,"tuturnya. 


Kata _Iqra_ dalam Al-quran terambil dari akar kata menghimpun, jadi kata _iqra_ tak selalu dimaknai membaca teks tertulis.


Dari kata menghimpun, lahirlah berbagai macam makna, seperti memahami, mendalami, menelaah, mengetahui ciri sesuatu dan membaca, baik teks tertulis maupun tidak.


_Iqra_ (bacalah), tapi apa yang harus dibaca? ( _Ma_ _aqra_), kata Nabi ketika ditanya oleh malaikat Jibril. Pertanyaan itu tidak dijawab. Karena Allah ingin Nabi membaca apa saja, selama itu _bismi rabbik_. Atas nama Tuhan, membawa manfaat bagi kehidupan.


" _Iqra'_ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri, yang tertulis dan tidak tertulis. Alhasil objek perintah iqra' mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya." (Quraish Shihab dalam bukunya _Wawasan Al-Quran_),"tambahnya.