Globalnewsindonesia.com ; Lahat Sumsel – Hujan yang tak kunjung turun dalam beberapa pekan terakhir
mulai menambah derita masyarakat khususnya yang ada di bumi Seganti Setungguan,
hal ini dikarenakan tidak hanya lahan pertanian yang kekeringan melainkan masyarakat
mulai harus merogoh kocek tambahan untuk memenuhi kebutuhan air bersih akibat
mulai mengeringnya sumur ditengah ancaman pandemi virus Corona yang berdampak
pada perekonomian saat ini.
Asrul (35) salah satu petani dikecamatan Merapi
Selatan mengatakan, saat ini tidak bersemangat untuk melihat lahan persawahan
akibat kekeringan, hal ini jika terus berlanjut hingga beberapa bulan kedepan
dapat berdampak negatif bagi perekonomian karena selain ancaman gagal tanam apalagi panen masyarakat mulai kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih.
“Kalu kekeringan hampir tiap tahun melanda, namun
tahun 2020 ini lebih menyakitkan karena ancaman virus corona yang berdampak
pada perekonomian membuat sebagian masyarakat kian kesulitan. Apalagi untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja sudah saja, ditambah lagi dengan
kekeringan,”ujarnya.
Sementara itu, Maman (36) warga Lahat menuturkan,
saat ini air sumur sudah mulai mengering sehingga jika harus membeli air bersih
dengan harga Rp.60 ribu per Tedmon maka sangat memberat kan mengingat untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari ditengah pendemi Corona warga sudah kesulitan.
“Saat pendapatkan sangat berkurang, jadi kalu pacak pemerintah
atau anggota DPRD dapat memberi kan solusi karena jika harus membeli air maka
akan membuat pengeluaran jadi lebih besar, apalagi akibat Covid membuat asap
dapur mulai tak ngepul,”imbuhnya.
Hal ini seperti dirasakan Edi (37) warga Jalan Getapan, Griya
Rivari Desa Ulak Lebar Kecamatan Lahat yang mengaku sudah empat hari ini tidak
mendapatkan jatah air bersih dari PDAM.
Akibatnya, ia tidak dapat melakukan aktifitas seperti
mandi, mencuci dan aktifitas lain yang menggunakan air. Padahal, jelasnya
setiap bulan membayar tagihan sama seperti warga lainya.
“Mandi ya menumpang di tempat keluarga, terkadang ke
sungai lematang. Empat hari ini kami tak dapat air. Sangat mengecewakan PDAM
Lahat ini,” ujarnya, saat dibincangi media ini, kemarin Selasa.
Selain itu, bapak dua orang anak tersebut terpaksa
merogoh kocek untuk membeli air per tedmon seharga Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu
guna kebutuhan memasak atau kebutuhan MCK.(Kyung
OK)