Globalnewsindonesia.com ; Lahat Sumsel – Meningkatnya produksi penambangan PT GGB (Golden Great
Borneo) yang berada didesa Prabumenang kecamatan Merapi Timur selama musim
kemarau diduga menjadi sumber pemicu gejolak warga setempat khususnya kaum Ibu
pada Sabtu (19/9) malam yang sudah tidak tahan menghisap debu. Selain cuek akan
polusi dan jarang menyiram jalan PT GGB juga dinilai lamban dalam menanggapi keluhan
warga sehingga membuat amarah masyarakat kian memuncak dan bakal berlanjut.
Ramiati (45) salah satu warga desa Prabumenang mengatakan,
saat ini aktivitas penambangan perusahaan sudah semakin merajalela padahal
musim kemarau sehingga debu yang dihasilkan sangat mengganggu kesehatan
masyarakat. Belum lagi pihak perusahaan yang inkar janji dan terkesan mengulur
konpensasi sebagai dampak dari aktivitas perusahaan.
“Kami ini manusia dan tiap hari makan debu, rumah
kami jadi kotor dan kesehatan kami terganggu eh pihak perusahaan cuek-cuek
saja, di desa Prabumenang ada PT GGB dan subkon nya yang beraktivitas,”uajrnya.
Senada Santi (37) warga Desa Prabumenang dirinya
menyampaikan rasa kekecewaan mereka, karena sudah beberapakali menyampaikan
tuntutan namun tidak pernah ditanggapi termasuk penyiraman jalan dan debu. Jika
dalam waktu dekat tidak ada itikad baik dari perusahaan maka kami akan
melakukan spontanitas serupa karena saat ini kondisi polusi sudah sangat memprihatinkan.
"Kalau disiram debu jalan ini dapat berkurang. Tapi, apa buktinya telah beberapa kali kami sampaikan keluhan kami, namun, terkesan tidak diindahkan oleh pak Bupati Lahat yang mengaku jeme mehapi," teriak Santi.
Sementara itu, pihak PT GGB Sam ketika dikonfirmasi,
dari kejadian sampai Minggu sore tidak menjawab, bahkan ketika di WA hanphond
nya tidak aktif, begitu juga humas Suprianto Alias Acun dikonfirmasi hanya baca pesan WA tanpa mau menjawab.(Kyung OK)