Harga Anjlok, Nasib Petani Kopi Harus Menelan pil Pahit Sepahit Kopinya -->

Iklan Semua Halaman

 


Jika ada yang mendapat intimidasi atau tindakan tidak menyenangkan lainnya dari anggota GNI, silahkan lapor ke redaksigni@gmail.com, untuk pengiriman berita kegiatan kampus, sekolah , sosial kemasyarakatan, lainnya silahkan di nomor center kami

 




Harga Anjlok, Nasib Petani Kopi Harus Menelan pil Pahit Sepahit Kopinya

KIM(Kelompok Informasi Masyarakat)
5/20/2020

Ketgam: Salah satu tanaman Kopi di Dusun parang labbua Desa Katu loe mulai terlihat matang dan mulai menghitam

GlobalNewsindonesia.com-Bantaeng.; Petani kopi kini kembali resah akibat harga yang terjung bebas di tengah situasi Pandemi covid-19, sangat di rasakan para petani kopi di Desa Kayu loe Kec.Bantaeng Kabupaten Bantaeng Sul-Sel

Hal ini membuat puluhan petanai sangat kwatir dan berkelu kesah ditengah situasi menjelang idul fitri 1441 H semua kebutuhan pokok naik sedangkan berbanding terbalik dengan hasil kebun yang mereka pasarkan justru nyaris tak punya nilai jual.

Menurut, Aco (25) Salah satu warga Desa kayu loe menuturkah bawah harga Kopi sekarang nyaris tak ada, beda dengan tahun sebelumnya, para pengepul,pun tak ada yang berani pasang harga, menurut informasih yang saya dapat katanya belum ada harga dari gudang di makassar kata Aco,

"Sudah bayak yang hitam tidak dipetik karna ongkos hampir sama dengan nilai jualnya itupun belum ada yang berani pasang harga" terangnya

Dirinya juga merasa kecewa karna Badan usaha milik Desa Bumdes tak bisa memberi solusi dan hanya menjadi penontong, padahal ini adalah momen dimana Bumdes bisa hadir berperan dalam megelola perekonomian khusus hasil pertanian yang ada di Desa.

Dan lebih parahnya lagi dikarnakan tidak adanya mesin pengelolan biji kopi yang ada di Desa Kayu loe, meraka terbiasa dengan menjual langsung kepada pedangan yang diluar seperti daerah, Malakaji Kabupaten Gowa dan ini menurut, Aco sudah berlangsung lama.

"Mungkin nasip petani Kopi tahun ini harus menelan pil pahit sepahit rasa kopinya emm...emm" ucapnya denga nada canda berbaur kesal

Tak hanya itu Petani kopi di kabupaten Bantaeng bahkan mengeluhkan penurunan harga jual hingga 75%, yang sebelumnya dibanderol Rp 500.000 ltr (harga jual basah) menjadi hanya Rp 1500.000/ltr

Oleh karena itu diperlukan langkah strategis bersama guna membangkitkan gairah usaha petani kopi khususnya dikabupaten Bantaeng

Di situasi seperti ini, penting sekali agar seluruh pihak bersinergi, mulai dari pemerintah, pelaku industri, perusahaan tekonologi Indonesia hingga masyarakat.

Sehingga kegiatan ekonomi tetap berjalan di tengah pandemi Covid-19,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dilansir dari laman Kemenperin, Senin (20/4/2020).

Menperin menyebutkan, saat ini terdapat 1.204 pelaku IKM yang mengolah biji kopi lokal dari para petani di berbagai daerah di Indonesia.

“ Dengan didukung ketersediaan bahan baku dan potensi pasar yang besar, selama ini industri pengolahan kopi mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi nasional,” ungkapnya.

Kementerian Perindustrian mencatat, sumbangsih itu misalnya tercatat pada capaian ekspor produk kopi olahan yang mencapai USD579,98 juta sepanjang 2018, meningkat 19,1% dibanding perolehan di tahun 2017.

Ekspor produk kopi olahan dari Indonesia yang didominasi produk kopi instan, ekstrak, esens dan konsentrat kopi, telah menembus ke sejumlah pasar mancanegara di ASEAN, China, dan Uni Emirat Arab.(*) Abm