Membangunkan Harimau Tidur, Antara Pepatah Dengan Realita -->

Iklan Semua Halaman

 


Jika ada yang mendapat intimidasi atau tindakan tidak menyenangkan lainnya dari anggota GNI, silahkan lapor ke redaksigni@gmail.com, untuk pengiriman berita kegiatan kampus, sekolah , sosial kemasyarakatan, lainnya silahkan di nomor center kami

 




Membangunkan Harimau Tidur, Antara Pepatah Dengan Realita

11/17/2019
Poto : antara
Globalnewsindonesia.com - Pagaralam; Jagad besemah digegerkan dengan turunnya harimau yang masuk ke perkebunan warga, bahkan dunia maya dihebohkan dengan viralnya video berantai tentang penampakan hewan jenis karnivora ini, yang belum jelas asal muasal video tersebut.
Berbagai spekulasi bermunculan, dari yang bersifat ilmiah maupun beragam mitos atau legenda, istilah 'Masumai' 'Setue' atau 'nenek penunggu gunung' juga menghiasi headline dibeberapa media online.
Dilansir dari satuharapan.com, pengamat lingkungan Sumsel Dr. Yenrizal Tarmidzi menegaskan harimau yang masuk ke permukiman warga tidak pernah bermaksud meresahkan manusia karena satwa dilindungi tersebut hanya mengikuti naluri.
"Tidak ada istilah harimau meresahkan manusia, adanya manusialah yang meresahkan harimau karena sudah merusak habitatnya atas dalih kebutuhan ekonomi," kata Dr. yenrizal menanggapi munculnya kembali harimau sumatra di dekat permukiman warga Gunung Dempo Kota Pagaralam, Sumsel, Sabtu (16/11).
Menurut dia, jika harimau ke luar dari habitat dan turun ke permukiman artinya pasokan makanannya sudah berkurang dengan berbagai sebab, namun berkurangnya makanan bisanya disebabkan penyempitan habitat harimau, seperti di Gunung Dempo.
Penyempitan habitat di Gunung Dempo memang makin parah, kata dia, adanya warga yang menyerobot habitat harimau saat membuka lahan dan aktivitas penebangan hutan harus segera ditanggulangi agar tidak meluas. 
"Warga harus membatasi diri, bahwa yang hidup di sana bukan hanya mereka, tapi ada harimau, rusa dan satwa-satwa lainnya, jika memang ingin mengembangkan ekonomi upayakan cari alternatif, bukan dengan menabrak habitat harimau," jelasnya.
Ia mengingatkan Pemkot Pagaralam agar segera mengambil langkah membendung kerusakan habitat harimau sebagai kawasan yang dilindungi karena masih bagian Taman Nasional Bukit Barisan (TNBB).
Sebab jika kerusakan terus dibiarkan, maka kemungkinan akan lebih banyak harimau turun ke pemukiman lalu timbul konflik dengan manusia.
"Jika sudah timbul konflik maka yang menang jadi arang dan yang kalah jadi abu, artinya sama-sama rugi dan jadi simalakama," tandasnya.
Selain itu, dari sisi regulasi sebenarnya sudah banyak aturan-aturan yang membatasi bahkan melarang menebang hutan di kawasan hutan lindung tersebut, namun kurang seriusnya aplikasi dan pengawasan di tingkat bawah membuat regulasi belum berjalan efektif.
"Bukan hanya harimau, tapi hewan-hewan lain yang menjadi makanan harimau juga harus dijaga habitatnya agar rantai makanan tidak putus," tutup Dr. Yenrizal. (Redaksi GNI)